MINI RISET BANTEN LAMA
MAKALAH
HASIL PENELITIAN PENDUDUK SEKITAR
MASJID AGUNG BANTEN LAMA
Disusun Oleh :
Ijah Hadijah (2224180017)
Nurfadilah (2224180085)
Siti Fadilatul Kamilah (2224180100)
Isti Mufarikah (2224180104)
Kelompok 5
Kelas 3C
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi pembaca.
Serang, Oktober 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banten merupakan salah satu bumi intelektualitas yang banyak melahirkan ulama ilmiah dan pejuang.Syekh Nawawi Al-Bantani yang berasal dari Banten, menjadi salah satu contoh teladan bagi kemajuan perkembangan gerakan keagamaan Islam di Indonesia.Keulamaan beliau sangat dihormati oleh kalangan tokoh-tokoh Islam Indonesia pada abad ke-18, tidak pelak lagi, banyak murid yang dulu berguru kepadanya menjadi tokoh yang punya pengaruh besar di nusantara.Di antara yang pernah menjadi murid beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) almarhum Hadraatussyekh Kyai Haji Hasyim Asy’ari.
Banten tidak hanya dikenal dengan intelektualitas keulamaannya, tetapi juga dari segi pewacanaan masa lampau, daerah ini menyimpan segudang sejarah yang banyak dikaji oleh peneliti dari dalam maupun manca.Daerah yang dikenal dengan permainan tradisional debusnya ini, banyak sekali dibahas dalam literaturliteratur asing. Claude Guillot, seorang sejarawan dan arkeolog asal Prancis, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya akan kekayaan sumber-sumber sejarah Banten, ia berujar bahwa, Banten adalah negeri yang kaya sekali akan sumbersumber sejarah. Kerajaan ini bukan hanya telah menulis sejarahnya sendiri, melainkan juga merangsang banyak tulisan dari pengunjung-pengunjung asing, khususnya Eropa.
Posisi Banten berada di perbatasan antara dua tradisi utama nusantara, yaitu tradisi Kerajaan Jawa dan tempat perdagangan Melayu.2 Keunikan itu ternyata mempengaruhi komposisi budaya masyarakat Banten yang multikultural dan sejak dahulu menjadi daerah ataupun kota kosmopolitan yang mempunyai jaringan dagang sampai ke negeri Inggris pada abad ke-16.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek pariwisata atau sosial budaya menurut penduduk sekitar?
2. Bagaimana aspek lingkungan menurut penduduk sekitar?
3. Bagaimana aspek ekonomi menurut penduduk sekitar?
4. Bagaimana aspek teknologi menurut penduduk sekitar?
C. Tujuan
1. Mengetahui aspek pariwisata atau sosial budaya menurut penduduk sekitar
2. Mengetahui aspek lingkungan menurut penduduk sekitar
3. Megetahui aspek ekonomi menurut penduduk sekitar
4. Mengetahui aspek teknologi menurut penduduk sekitar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Banten Sebelum Renovasi
Banten yang terletak di wilayah paling barat Pulau Jawa merupakan sebuah propinsi yang ada di tatar Pasundan, pernah menjadi bagian dari Propinsi Jawa Barat namun mengalami pemekaran sejak tahun 2000 berdasarkan keputusan UU no. 23 tahun 2000. Pusat pemerintahan Banten berada di kota Serang. Berdasarkan Wikipedia, total luas propinsi Banten sebesar 9.662,92 kilometer persegi dengan jumlah total populasi pada tahun 2017 sebanyak 12.448.160 juta jiwa dengan kepadatan 1.288 jiwa per kilometer persegi. Saat ini di Banten didiami oleh beberapa etnis tertentu, yaitu etnis Banten, Sunda, Jawa, Betawi, Tionghoa, Batak, Minangkabau dan lain – lain.
Terletak di pesisir Selat Sunda dan menjadi pintu gerbang lintas pulau Sumatra dan Jawa karena letaknya yang sangat strategis, wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut yang potensial karena Selat Sunda dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan letaknya secara geografis, maka Banten terutama wilayah Tangerang Raya merupakan wilayah pendukung bagi Propinsi DKI Jakarta.Banten berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudera Indonesia di Selatan, Selat Sunda di sebelah Barat dan DKI Jakarta serta Jawa Barat di Timur.
Banten pada masa lalu dikenal dengan nama Bantam, merupakan suatu daerah yang memiliki pelabuhan yang sangat ramai dan kehidupan masyarakat yang terbuka serta makmur. Pada abad ke 5 Banten adalah bagian dari kerajaan Tarumanegara ditandai dengan penemuan prasasti peninggalan kerajaan tersebut pada 1947 berupa Prasasti Cidanghiyang atau juga dikenal dengan Prasasti Lebak, ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, yang isinya mengagungkan keberanian Raja Purnawarman. Ketika kerajaan Tarumanegara runtuh yang disebabkan oleh serangan kerajaan Sriwijaya, kekuasaan di daerah ini dipegang oleh Kerajaan Sunda.
Penduduk Banten menggunakan bahasa daerah Banten, bahasa yang merupakan salah satu dialek bahasa Sunda yang dekat dengan Sunda kuno namun digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar pada tingkatan bahasa Sunda modern.Kata Banten sudah ada jauh sebelum pendirian Kesultanan Banten sebagai bagian dari sejarah berdirinya Banten.Banten digunakan untuk menamai sebuah sungai, yaitu Cibanten yang artinya sungai Banten dan area sekelilingnya. Referensi tertulis mengenai Banten dapat ditemukan dalam naskah Sunda kuno Bujangga Manik, yang menyebutkan nama – nama tempat di Banten dan sekitarnya.
Sungai ini melewati dataran lebih tinggi yang disebut Cibanten Girang atau yang disingkat sebagai Banten Girang saja. Pada tahun 1988 sebuah riset dilakukan di Banten Girang dan menemukaan bahwa pemukiman di tempat ini telah ada sejak abad ke 11 hingga 12 atau sewaktu kerajaan Sunda berkuasa. Diketahui juga bahwa area ini berkembang pesat pada abad ke 16 yaitu ketika Islam pertama kali masuk di wilayah ini.Perluasan wilayah kemudian berkembang ke Serang dan daerah pantai, dimana di daerah pantai ini Sunan Gunung Jati mendirikan Kesultanan Banten.
Banten Lama merupakan suatu kawasan wisata, berlokasi di Kecamatan Kasemen berjarak 12 Km ke arah utara dari pusat Kota Serang menuju teluk Banten. Kawasan tersebut berupa kompleks peninggalan Kesultanan Banten terdiri atas peninggalan-peninggalan sejarah diantaranya Masjid Agung Banten, Keraton, Benteng, Vihara dan Pemakaman Sultan-sultan Banten yang tentunya menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan.
Sebagaimana bangunan masjid kuno, ada kulah atau kolam yang biasa digunakan sebagai tempat berwudu di depan masjid. Berdasarkan catatan yang menempel di dinding, renovasi terhadap masjid ini pernah dilakukan beberapa kali yaitu pada tahun 1969 oleh Bhakti Siliwangi Korem 64 Maulana Yusuf, pemugaran juga dilakukan pada tahun 1975 atas bantuan Pertamina yang waktu itu dipimpin Ibnu Sutowo, dan rehabilitasi atas bantuan masyarakat pada tahun 1991.
Di komplek masjid ini juga ada makam Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Maulana Muhamnad Nasaruddin, Pangeran Ratu (istri Maulana Hasanuddin), Sultan Abdul Abdul Fadhal dan Sultan Abu Nasir Abdul Kohar atau yang dikenal sebagai Sultan Haji, dan Sultan Abul Mufakhir Muhammad Aliyudin, dan Sultan Ageng Tirtayasa.Setiap tahunnya, ribuan orang biasanya datang ke masjid Agung Banten untuk melakukan ziarah.Setiap hari libur, para peziarah datang mendoakan Sultan Maulana Hasanuddin atau ke makam-makam di komplek masjid. Khusus di malam Jumat, biasanya akan lebih ramai orang akan datang ke sini.
Masjid Agung Banten sejak didirikan sudah mengalami beberapa kali renovasi, baik fisik maupun penambahan luas bangunan. Masjid berdenah empat persegi dan beratap tumpang susun lima ini, telah beberapa kali mengalami perubahan fisik,diantaranya pada : Tahun 1570-1580 tepatnya pada masa pemerintahan Maulana Yusuf yang tak lain adalah putra dari Maulana Hasanuddin (Sultan yang membangun Masjid Agung Banten), Masjid Agung Banten diperluas dengan serambi muka dan samping. Selain perbaikan Masjid juga dibangun menara Masjid dengan bantuan Cek Ban Cut,seorang muslim berkebangsaan Mongolia.
Masjid Agung Banten sejak didirikan sudah mengalami beberapa kali renovasi, baik fisik maupun penambahan luas bangunan. Masjid berdenah empat persegi dan beratap tumpang susun lima ini, telah beberapa kali mengalami perubahan fisik,diantaranya pada : Tahun 1570-1580 tepatnya pada masa pemerintahan Maulana Yusuf yang tak lain adalah putra dari Maulana Hasanuddin (Sultan yang membangun Masjid Agung Banten), Masjid Agung Banten diperluas dengan serambi muka dan samping. Selain perbaikan Masjid juga dibangun menara Masjid dengan bantuan Cek Ban Cut,seorang muslim berkebangsaan Mongolia.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad (1580-1596); Masjid Agung Banten diperindah dengan melapisi tembok Masjid dengan porselin dan tiangnya dibuat dari kayu cendana.Dibangun juga tempat sholat khusus perempuan yang disebut pawestren atau pawadonan.
Masa pemerintahan Sultan Haji (1684-1687). Pada masa ini dibangun menara baru di halaman muka Masjid dan tiamah(tempat bermusyawarah dan berdiskusi agama) di selatan serambi Masjid. Menara berbentuk mercusuar Eropa dan berdenah segi delapan.Pembangunan menara ini dbantu oleh arsitek Lucas Cardel.
Tahun 1945-1961. Residen Banten Th. Achmad Chatib bersama masyarakat Banten melakukan perbaikan Masjid.Dibuat atap cungkup penghubung di komplek pemakaman utara.Tahun 1966-1967, Dinas Purbakala melakukan pemugaran menara. Tahun 1969 Korem 064 Maulana Yusuf Serang melakukan pemugaran total fisik, kecuali model bangunan dan dinding yang masih asli karena kayu dan gentengnya pada rusak dimakan usia. Langit-langit yang tadinya dari bahan rumbia diganti dengan etemit.
Tahun 1970, Yayasan Qur'an memberi bantuan untuk pemugaran serambi timur.Tahun 1975, pemugaran besar-besaran dan menyempurnakan pemugaran pada tahun sebelumnya. Termasuk memperluas halaman Masjid, dengan memindahkan rumahrumah penduduk yang ada disekitar halaman Masjid ke tempat yang lain. Penggantian lantai ruang utama Masjid dengan teraso berwarna kehijauan, pembuatan atap serambi pemakaman selatan, pembuatan bak-bak wudhu, pembuatan pagar tembok keliling komplek dengan lima gapura. Sumber dananya dari Pertamina Pusat.Tahun 1987, merenovasi lantai terasa diganti dengan marmer di bagian dalam Masjid dan di bagian luamya dengan keramik.Lantai pemakaman utara dan cungkup makam Maman Hasanuddin yang semua tegel berwarna merah juga diganti dengan marmer.Adapun biaya renovasi berasal dati keluarga Cendana Jakarta.Dari tahun 1987 sampai sekarang ada renovasi - renovasi kecil termasuk penambahan tempat ziarah yang tadinya terbuka sekarang tertutup dengan atap genteng.Begitu juga tempat wudhu, kamar keeil mulai dibata rapi; demi pelayanan dan fasilitas bagi para peziarah yang berasal dari berbagai daerah.
B. Hasil Penelitian Banten Lama
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No 50 Tahun 2011, Kawasan Banten Lama termasuk dalam salah satu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), sedangkan dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Serang Pasal 11 Ayat 3 ( c ), Banten Lama dan sekitarnya sebagai tempat wisata regigi purbakala, budaya dan minat khusus. Hal ini selaras dengan RIPPAR Provinsi Banten dalam Pasal 7 ayat 1 tentang pengembangan dan kebijakan bahwa pengembangan Pariwisata yang menjadikan sub sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan daerah dengan melestarikan ciri khas daerah serta mengoptimalkan pemanfaatan potensi alam dan budaya secara berkelanjutan.
Daya tarik yang dimiliki Banten Lama sudah sangat dikenal oleh para wisatawan lokal maupun nasional, terbukti dengan tercatatnya 8 juta wisatawan dalam satu tahun (Kabar Banten 2005). Sedangkan menurut Neraca Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Banten, kawasan wisata Banten Lama menduduki urutan ke dua dengan pengunjung terbanyak sebesar 9.909.908 pengunjung (2009) dan 9.536.442 pengunjung (2010) setelah Pantai Anyer. Dapat dibayangkan dengan sekian banyak pengunjung yang datang setiap tahunnya tentu akan sangat berpengaruh dan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Berdasarkan skripsi Nina Nurliana Arnas (0700081) yang meneliti tentang potensi Kawasan Banten Lama dan kerekteristik wisatawan, dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan Kawasan Wisata Banten Lama” menjelaskan bahwa Kawasan Banten Lama memiliki potensi yang cukup mendukung untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata, namun sampai saat ini karakteristik wisatawan didominasi oleh wisatawan lokal dengan mayoritas mata pencaharian sebagai petani dengan motivasi kunjungan untuk melakukan ziarah terutama dihari libur dan hari besar keagamaan, dengan mengunjungi masjid Agung Banten sebagai tujuan utama dan makam-makam para sultan. Sedangkan Kawasan Banten Lama sesungguhnya memililiki banyak objek yang bisa dikunjungi, seperti keraton, benteng dan vihara.
Namun sampai saat ini kawasan tersebut tidak dikelola secara keseluruhan baik itu oleh pemerintah ataupun pengelola, yang menjadi fokus/destinasi utama adalah hanya masjid agung banten saja, sedangkan objek objek lain hampir tidak pernah dikunjungi oleh para wisatawan. Sebagai suatu kawasan wisata, harusnya keberadaan objek objek peninggalan sejarah yang lain nya bisa dikembangkan, agar terjadi optimalisasi kawasan secara terpadu sebagai destinasi wisata religi.
Kondisi yang sangat memprihatinkan ketika berkunjung, hampir semua objek menunjukan kondisi yang tidak terawat, kumuh, dan dijadikan tempat beraktifitas msyarakat sekitar seperti untuk mengembala kambing, bermain bola, tempat pembuangan sampah dan lain sebagainya.Pengelolaan dan kesadaran masyarakat yang belum maksimal yang menjadi salah satu kendala berkembangnya Kawasan Wisata Banten Lama.
BAB III
HASIL MINI RISET
Hasil observasi 16 penduduk Kasemen (3 laki-laki dan 13 Perempuan)
Berikut diagram hasil observasi:
ASPEK PARIWISATA
ASPEK LINGKUNGAN
ASPEK EKONOMI
BAB IV
KESIMPULAN
Daya tarik yang dimiliki Banten Lama sudah sangat dikenal oleh para wisatawan lokal maupun nasional, terbukti dengan tercatatnya 8 juta wisatawan dalam satu tahun. Kondisi yang sangat memprihatinkan ketika berkunjung, hampir semua objek menunjukan kondisi yang tidak terawat, kumuh, dan dijadikan tempat beraktifitas msyarakat sekitar seperti untuk mengembala kambing, bermain bola, tempat pembuangan sampah dan lain sebagainya.Pengelolaan dan kesadaran masyarakat yang belum maksimal yang menjadi salah satu kendala berkembangnya Kawasan Wisata Banten Lama.Hasil observasi 16 penduduk Kasemen (3 laki-laki dan 13 Perempuan) menyatakan bahw rata-rata penduduk Banten Lama rata-rata adalah penduduk Asli, dan berpendidikan terakhir yaitu SD, rata-rata umur penduduk sana yaitu 23 tahun, dan berstatus sudah menikah. Rata-rata mereka bekerja sebagai pedagang.Hasil observasi yang kami lakukan menyatakan bahwa rata-rata dari mereka senang tinggal di Banten Lama.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar